![]() |
Pengusaha pengolahan kulit hewan di Kecamatan Medan Petisah, Ahok (berjaket hijau) sedang memperhatikan bongkaran kulit dari Banda Aceh. |
KabarMania.com, Medan - Sejumlah warga Jalan Kertas Ujung, Lingkungan V, Kelurahan Sei Putih Barat, Kecamatan Medan Petisah, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara (Sumut), Rabu (16/4) Siang kepada kru media ini mengaku menjadi resah, karena selalu mencium bau busuk yang berasal dari rumah nomor 97 lingkungan tersebut.
Kemudian Rabu (16/4) sekira pukul 20.00 WIB, beberapa orang wartawan dan Kepala Lingkungan (Kepling) V, Kelurahan Sei Putih Barat, Fitriadi mendatangi rumah nomor 97 tersebut.
Ternyata di dalam rumah besar yang tertutup pagar tinggi itu, ada sebuah gudang besar yang banyak menimbun kulit hewan kerbau dan sapi, informasinya, kulit - kulit tersebut didatangkan dari luar daerah.
![]() |
Kulit kerbau dan sapi dari Banda Aceh sedang di bongkar di Gudang milik Ahok. |
Berdasarkan keterangan warga sebelumnya, mereka merasa sangat tidak nyaman dengan aroma bau busuk kadang seperti bau bangkai yang timbul dari gudang rumah 97 tersebut. Tidak jarang orang yang melintas di kawasan pemukiman padat penduduk itu, terpaksa menutup hidungnya.
Usaha kulit sapi dan kerbau milik pasutri Ahok dan Tuti, diduga tidak mengantongi izin amdal, izin RPH (Rumah Potong Hewan) dan izin Perdagangan dari Disperindag Pemko. Medan.
Ketika ditemui wartawan, awalnya Ahok marah - marah, seakan dia tidak terima dikonfirmasi kru media ini. Malah dia menanya, " kalian ini darimana ? ", ujar Ahok sambil memegang Handphone menyalakan rekaman. Terus dia lanjut berbicara, " untuk apa kalian datang malam - malam ketempat saya ", dengan nada tinggi.
![]() |
Cold diesel pengangkut kulit kerbau dan sapi dari Banda Aceh. |
Pertanyaan Ahok tersebut, dijawab dengan tenang dan santainya oleh wartawan, " izin bapak, kami dari media ingin konfirmasi, karena melihat truck besar masuk ke dalam gudang di rumah ini ", ucap wartawan.
Kebetulan malam itu terparkir sebuah Truck Colt Diesel 120 PS, dengan Nopol. K 8043 AP, hendak membongkar muatan berisi berbagai macam kulit hewan, ketika ditanya wartawan, " apa isi dalam truck ini bang ? ", supir truck menjawab kulit kerbau dan kulit sapi bang, jawabnya singkat. Kemudian ditanya lagi, " berasal dari mana kulit - kulit ini didatangkan bang ? ", spontan sopir menjawab dari Banda Aceh.
Dari pantauan langsung, ternyata pemilik usaha Ahok dan Tuti, membuang limbah kulit - kulit langsung ke samping pagar yang bersebelahan dengan sungai Sei Sikambing. Hal ini tentu dapat berdampak buruk terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat sekitar, karena limbahnya menimbulkan bau busuk menusuk hidung membuat perut mual hendak muntah.
Terdapat pula sebuah bangunan permanen di zona hijau bantaran sungai, di samping pagar yang berbatas langsung dengan jalur hijau bantaran sungai Sei Sikambing, ketika ditanya terkait keberadaan bangunan tersebut, Ahok mengatakan bangunan tersebut dipergunakan sebagai gudang kayu bakar untuk merebus kulit - kulit hewan.
Berada di lokasi, Kepling V, Fitriadi menuturkan, dia pernah menegur dan menyarankan agar pengusaha segera mengurus kelengkapan izin - izin, namun tidak dindahkan dan sampai sekarang tidak dapat membuktikan kepemilikan izin -izin dari instansi terkait, sama sekali.
Usaha ini telah berjalan tahunan sampai kini, tetap eksis dan terus berlanjut tanpa mempedulikan dampaknya terhadap masyarakat dan pencemaran yang ditimbulkan dari pembuangan limbah langsung ke sungai, herannya tidak ada penindakan dari instansi berwenang dan tindakan tegas dari Pemko. Medan.
Terpisah, Kamis (17/4) malam, para warga sekitar berharap pihak berkompeten segera memproses pengusaha terindikasi culas itu, menindak secara tegas, berlakukan hukum administrasi, hukum pidana pencemaran lingkungan dan bongkar bangunan di zona hijau bantaran sungai milik Ahok tersebut
Selanjutnya, Jum'at (18/4) sekira pukul 08.43 WIB, untuk memastikan terkait perizinan usaha pengolahan kulit hewan tersebut, kru kembali meminta statemen dari Tuti selaku pengusaha via chatting WhatsApp, tapi sayang hingga berita ini disiarkan, belum ada balasan dari Tuti (Doni/Red).